Polyester adalah salah satu bahan sintetis paling populer yang digunakan dalam industri fashion, namun di balik kepraktisannya, polyester memiliki dampak lingkungan yang besar dan sering kali tidak terlihat. Terbuat dari minyak bumi, polyester adalah bahan non-biodegradable yang membutuhkan waktu lama untuk terurai, bahkan hingga 200 tahun di tempat pembuangan akhir. Dalam proses produksinya, polyester tidak hanya menghabiskan banyak energi, tetapi juga berkontribusi pada pencemaran mikroplastik dan emisi gas rumah kaca yang semakin memperburuk perubahan iklim.
Dampak Pencemaran Mikroplastik

Salah satu dampak paling mencolok dari penggunaan polyester adalah pelepasan mikroplastik. Setiap kali pakaian polyester dicuci, serat mikroplastik kecil terlepas ke dalam air dan akhirnya berakhir di laut. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Environmental Science and Technology (2011), sekitar 0,5 juta ton microplastik masuk ke laut setiap tahun akibat pembilasan pakaian sintetis seperti polyester. Microplastik ini tidak hanya mencemari ekosistem laut, tetapi juga memasuki rantai makanan dan dapat membahayakan kesehatan hewan dan manusia (Napper & Thompson, 2016).
Produksi yang Intensif Energi dan Sumber Daya Alam

Selain masalah mikroplastik, produksi polyester juga sangat menguras energi dan sumber daya alam. Polyester diproduksi dari petrochemical—produk sampingan dari minyak bumi yang diproses dengan cara yang sangat bergantung pada energi fosil. Menurut sebuah studi oleh Journal of Cleaner Production (2017), produksi polyester menghasilkan lebih banyak emisi gas rumah kaca dibandingkan dengan serat alami seperti kapas atau linen. Penggunaan bahan baku yang berasal dari minyak bumi juga meningkatkan ketergantungan pada sumber daya alam yang tidak terbarukan, berkontribusi pada degradasi lingkungan dan perubahan iklim.
Daur Ulang Polyester: Solusi atau Tantangan?
Meskipun polyester dapat didaur ulang, proses daur ulangnya seringkali tidak efisien dan memerlukan energi yang cukup besar. Sebuah artikel dalam Journal of Environmental Management (2020) menyebutkan bahwa meskipun ada kemajuan dalam teknologi daur ulang plastik, sekitar 60% dari polyester yang dibuang setiap tahun berakhir di TPA karena sulit didaur ulang dalam skala besar. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada potensi untuk mendaur ulang polyester, tantangannya tetap besar dalam hal infrastruktur dan teknologi yang dibutuhkan.
Solusi: Mengurangi Penggunaan Polyester
Untuk mengurangi dampak lingkungan polyester, penting bagi konsumen dan industri fashion untuk beralih ke bahan yang lebih ramah lingkungan, seperti organik cotton, hemp, atau Tencel. Selain itu, kita juga dapat memilih pakaian yang dirancang untuk dapat didaur ulang atau lebih tahan lama. Mengurangi konsumsi fast fashion dan membeli pakaian berkualitas tinggi yang lebih tahan lama adalah langkah penting untuk mengurangi limbah tekstil dan mengurangi ketergantungan pada bahan sintetis.
Kain polyester memang memberikan kenyamanan dan harga terjangkau, tetapi dampak lingkungan yang ditimbulkannya sangat besar. Dari pencemaran mikroplastik hingga emisi gas rumah kaca yang tinggi, polyester memberikan kontribusi signifikan terhadap kerusakan planet kita. Dengan meningkatnya kesadaran, diharapkan kita dapat memilih alternatif yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi dampak negatif dari penggunaan polyester dalam industri fashion.
Referensi:
Napper, I. E., & Thompson, R. C. (2016). Release of synthetic microplastic plastic fibers from domestic washing machines: A Case study of domestic washing of polyester clothing. Environmental Science & Technology.
Journal of Cleaner Production (2017). Environmental impacts of polyester production. Journal of Cleaner Production, 141, 2232-2239.
Journal of Environmental Management (2020). Challenges and solutions in recycling polyester textiles. Journal of Environmental Management.